Jalan Serayu adalah anak jalan dari Jl. RE Martadinata (dulu Jl. Riau). Jika dari arah perempatan Djuanda (Dago) dan Merdeka, susuri saja Jl. RE Martadinata. Kalau masih bingung dengan Jl. RE Martadinata, tanya saja pada Bang Aswi sang empunya blog ini, pasti dia akan balik bertanya, “Lho, masa nggak tahu? Enong mau ke Bineng, ya? Eh, Jl. Martadimana ada di nata, ya?” Sekira 200 meter dari pertigaan Bank Mandiri, lurus terus. Nah Jl. Serayu ada di sebelah kiri dan posisi Cuanki Serayu ada di sebelah kanannya–hanya sekira 15 meter dari jalan masuk. Alamat lengkapnya, sih, Jl. Serayu No. 3 Bandung.
Sampai di tujuan, tempat makan yang cukup populer di kalangan anak muda bandung ini belum buka. Hehehe … jelas saja, jadwal bukanya adalah pukul 11.00 — 20.00, sedang kami pukul 10.30 sudah tenguk-tenguk di terasnya. Oh, saya rasa cacing dalam perut tengah mengadakan konser menyanyikan seriosa. Lapar … hiks … dari rumah memang taksempat mengganjal sesuatu ke usus saya yang puanjaaang ini.
Dari luar, tempat makan yang satu ini memang terlihat sederhana. Dua buah gerobak bertuliskan Cuanki Serayu sedang disiapkan untuk mangkal. Mungkin buka cabang demi memperbesar omzet dan beredar di sekitar Jl. RE Martadinata. Ahaaa … pada pukul 11 tepat pintu pun dibuka, dan kami yang memang sudah kelaparan langsung menyerbu masuk. Terdapat sebuah meja kayu panjang, tiga buah meja kecil beserta kursi-kursi plastik di dalamnya. Tiga puluhan orang mampu ditampung di sini.
Cuaca memang sedang cerah, posisi atap asbes yang cukup rendah membuat udara di dalam terasa gerah. Pesanan kami datang, semua memesan cuanki, walaupun di sini sebenarnya tersedia juga batagor. Selain dua menu jagoan tersebut, tersedia pula kerupuk, aneka jus, teh dalam kemasan botol, dan juga air minum dalam kemasan. Semua serba dikemas, apakah ini karena yang menyuguhi adalah para Mas-mas? Saya pilih jus alpukat sebagai sandingan cuanki saya–yang belakangan saya sesali karena teksturnya yang kental telah membuat saya kekenyanga (usap-usap perut).
Cuanki adalah jajanan berkuah khas Bandung, konsepnya mirip bakso Malang. Bakso sapi dan olahan-olahan tepung disiram dengan kuah gurih, lalu ditabur cacahan daun seledri. Saya pun baru kenal makanan ini setelah pindah ke Bandung. Dan belakangan baru saya tahu bahwa CUANKI adalah akronim dari Cari Uang jalAN kaKI. Itu karena pada umumnya makanan ini dijajakan dengan pikulan atau gerobak. Hehehe … ternyata!
Ini dia, akhirnya di hadapan saya tersaji semangkuk cuanki yang pamornya kencang itu. Isinya ada enam, terdiri atas dua buah bakso sapi kecil, sebuah tahu (seperti tahu siomay), sebuah gorengan dari olahan tepung semacam pangsit goreng yang gurih, sebuah siomay yang saya rasa ada unsur tetelan–karena rasanya mengingatkan saya pada cilok dengan isi tetelan itu–, dan sebuah bola-bola dari olahan tepung dan ikan yang juga gurih. Yang wajib dilakukan untuk mencicip makanan berkuah adalah menyeruput kuahnya yang masih “perawan” sebelum dirusak dengan cuka, kecap, dan sambel–bumbu wajib saya … hehehe. Hmm … kuahnya gurih tentu saja, gurih ikan, karena memang kuah cuanki dibuat dengan rebusan tulang ikan (biasanya tenggiri), beda dengan kuah bakso yang umumnya dibuat dari rebusan tulang sapi.
Tengok kiri-kanan, ternyata tinggal saya seorang yang belum menghabiskan jatah cuanki saya. Kawan di sebelah sampai bilang, “Makannya, kok, kayak putri keraton.” Saya pun membalasnya dengan cengiran. Ternyata makan saya memang lama dan kemayu … hehehe … saking konsentrasinya ituuu … ;p
Setelah memakan semua hingga habis, menurut lidah saya, secara keseluruhan rasa Cuanki Serayu tidak ada yang luar biasa. Dua bakso sapi kecil yang saya harapkan menjadi jagoan dalam mangkuk ternyata tidak terlalu istimewa, rasanya seperti bakso-bakso yang bisa kita beli di pasar. Rasa olahan pangsit, bola ikan, dan tahu siomaynya juga tidak lebih enak jika dibandingkan dengan Cuanki Mang Unang yang selalu lewat rumah saya tiap malam yang juga membuat olahan siomaynya sendiri =)
Keunggulan Cuanki Serayu adalah posisinya yang dekat dengan kawasan Jl. RE. Martadinata, jalan yang ramai dengan factory outlet dan pusat kegiatan lain, dimana akan sulit bagi kita yang rindu dengan jajanan seperti ini jika mengharapkan tukang cuanki lewat. Yang pasti, dengan uang Rp8.000 untuk seporsi cuanki dan Rp6.000 untuk jus alpukat telah sukses membuat saya kekenyangan...hahaha...
Sampai di tujuan, tempat makan yang cukup populer di kalangan anak muda bandung ini belum buka. Hehehe … jelas saja, jadwal bukanya adalah pukul 11.00 — 20.00, sedang kami pukul 10.30 sudah tenguk-tenguk di terasnya. Oh, saya rasa cacing dalam perut tengah mengadakan konser menyanyikan seriosa. Lapar … hiks … dari rumah memang taksempat mengganjal sesuatu ke usus saya yang puanjaaang ini.
Dari luar, tempat makan yang satu ini memang terlihat sederhana. Dua buah gerobak bertuliskan Cuanki Serayu sedang disiapkan untuk mangkal. Mungkin buka cabang demi memperbesar omzet dan beredar di sekitar Jl. RE Martadinata. Ahaaa … pada pukul 11 tepat pintu pun dibuka, dan kami yang memang sudah kelaparan langsung menyerbu masuk. Terdapat sebuah meja kayu panjang, tiga buah meja kecil beserta kursi-kursi plastik di dalamnya. Tiga puluhan orang mampu ditampung di sini.
Cuaca memang sedang cerah, posisi atap asbes yang cukup rendah membuat udara di dalam terasa gerah. Pesanan kami datang, semua memesan cuanki, walaupun di sini sebenarnya tersedia juga batagor. Selain dua menu jagoan tersebut, tersedia pula kerupuk, aneka jus, teh dalam kemasan botol, dan juga air minum dalam kemasan. Semua serba dikemas, apakah ini karena yang menyuguhi adalah para Mas-mas? Saya pilih jus alpukat sebagai sandingan cuanki saya–yang belakangan saya sesali karena teksturnya yang kental telah membuat saya kekenyanga (usap-usap perut).
Cuanki adalah jajanan berkuah khas Bandung, konsepnya mirip bakso Malang. Bakso sapi dan olahan-olahan tepung disiram dengan kuah gurih, lalu ditabur cacahan daun seledri. Saya pun baru kenal makanan ini setelah pindah ke Bandung. Dan belakangan baru saya tahu bahwa CUANKI adalah akronim dari Cari Uang jalAN kaKI. Itu karena pada umumnya makanan ini dijajakan dengan pikulan atau gerobak. Hehehe … ternyata!
Ini dia, akhirnya di hadapan saya tersaji semangkuk cuanki yang pamornya kencang itu. Isinya ada enam, terdiri atas dua buah bakso sapi kecil, sebuah tahu (seperti tahu siomay), sebuah gorengan dari olahan tepung semacam pangsit goreng yang gurih, sebuah siomay yang saya rasa ada unsur tetelan–karena rasanya mengingatkan saya pada cilok dengan isi tetelan itu–, dan sebuah bola-bola dari olahan tepung dan ikan yang juga gurih. Yang wajib dilakukan untuk mencicip makanan berkuah adalah menyeruput kuahnya yang masih “perawan” sebelum dirusak dengan cuka, kecap, dan sambel–bumbu wajib saya … hehehe. Hmm … kuahnya gurih tentu saja, gurih ikan, karena memang kuah cuanki dibuat dengan rebusan tulang ikan (biasanya tenggiri), beda dengan kuah bakso yang umumnya dibuat dari rebusan tulang sapi.
Tengok kiri-kanan, ternyata tinggal saya seorang yang belum menghabiskan jatah cuanki saya. Kawan di sebelah sampai bilang, “Makannya, kok, kayak putri keraton.” Saya pun membalasnya dengan cengiran. Ternyata makan saya memang lama dan kemayu … hehehe … saking konsentrasinya ituuu … ;p
Setelah memakan semua hingga habis, menurut lidah saya, secara keseluruhan rasa Cuanki Serayu tidak ada yang luar biasa. Dua bakso sapi kecil yang saya harapkan menjadi jagoan dalam mangkuk ternyata tidak terlalu istimewa, rasanya seperti bakso-bakso yang bisa kita beli di pasar. Rasa olahan pangsit, bola ikan, dan tahu siomaynya juga tidak lebih enak jika dibandingkan dengan Cuanki Mang Unang yang selalu lewat rumah saya tiap malam yang juga membuat olahan siomaynya sendiri =)
Keunggulan Cuanki Serayu adalah posisinya yang dekat dengan kawasan Jl. RE. Martadinata, jalan yang ramai dengan factory outlet dan pusat kegiatan lain, dimana akan sulit bagi kita yang rindu dengan jajanan seperti ini jika mengharapkan tukang cuanki lewat. Yang pasti, dengan uang Rp8.000 untuk seporsi cuanki dan Rp6.000 untuk jus alpukat telah sukses membuat saya kekenyangan...hahaha...

Enak banget kak Makanannya, pengen coba lagi kak.
BalasHapustapi jauh harus kebandung lagi kak